Halo teman-temanku yang cantik,
Salam kenal ya! Rasanya senang sekali tidak sengaja menemukan web ini dalam rangka persiapan program bayi tabung saya yang pertama. Tulisan-tulisannya cukup bisa menenangkan dan menghidupkan semangat saya.
Usia saya 36 tahun dan suami 42 tahun, telah memiliki anak laki-laki lucu yang akan beranjak 4 tahun sebentar lagi. Saat hamil anak pertama, saya hanya kosong 1 bulan dan langsung hamil alami tanpa kendala apapun. Mengingat usia yang sudah di atas 30 saat itu, saya dan suami tidak menunda untuk menambah momongan. Ketika anak kami berumur 1 tahun, program menambah pun dimulai. Tapi memang kondisi saat itu adalah suami mulai sangat sibuk dengan pekerjaannya plus tiap seminggu sekali bolak balik Jkt – luar kota – Jkt. Namun kami tetap berusaha bertemu di masa subur.
Singkat cerita, sudah 2 tahun lebih berusaha mencoba hamil alami tapi tidak pernah berhasil. Akhirnya kami pindah ke dokter spesialis infertilitas setelah mendapat info dari seorang teman yg berhasil program inseminasi dengan beliau (naaah masih agak nyesel kenapa harus nunggu 2 tahun lebih huhuhu.. karena selama ini kami PD aja bakal gampang hamil karena pengalaman sebelumnya… dan ternyata waktu tuh berjalan nga kerasa ya). Saya mulai bertemu dr. Taufik Jamaan di BIC Morula bulan Des 2011 dan 3 bulan pertama disuruh coba alami dulu sambil suami dibenerin kualitas sperma-nya (oiya suami sempat divonis ada verikokel dan oligoasthenoteratozoospermia– yang akhirnya operasi verikokel dan terapi dengan adrologist, dr. Nukman Moeloek). Saya juga HSG dan ditemukan sedikit sumbatan/perlengketan di tuba kiri dengan kondisi rahim retroflexi. Tapi karena tuba kanan masih paten dan walau kondisi rahim terbalik saya masih bisa hamil alami sebelumnya, jadi dokter berpendapat tidak ada masalah kalau dilakukan inseminasi bila tetap tidak bisa hamil juga dalam 3 bulan.
Suami akhirnya cuti panjang 3 bulan dan saya memutuskan istirahat dan berhenti bekerja. Sayangnya saya tetap tidak berhasil hamil dan kualitas sperma suami masih di bawah normal. Akhirnya suami memutuskan berhenti terapi dan memperbaiki saja gaya hidup dan pola makan (suami tidak merokok dan minum alkohol. Kemungkinan sih lebih karena factor psikologis). Lalu suami mencoba SA dan hasil jumlah sperma agak sedikit membaik, tapi tetap memungkinkan untuk inseminasi karena lain-lainnya bisa di “wash” nanti menurut dokter.
Akhirnya insem pertama bulan Juni 2012, dengan sperma “pas2an”. Gagal karena dugaan delayed ovulation. Insem kedua bulan Agustus 2012, pengawasan lebih ketat, bolak balik USG supaya nga kecolongan lagi dan setelah sel telur siap, 2 hari berturut-turut eksekusi insem untuk meningkatkan tingkat keberhasilan. Setelah 2 minggu, ternyata gagal lagi. Padahal hasil sperma kali ini sangat memadai dan jauh lebih bagus dari yang pertama. Walau 2 hari berturut-turut, kualitas tidak menurun. Jadi ketika saya mens lagi, hari ke-3 saya balik ke dokter dan kali ini perkiraan adalah sperma tidak mampu menembus dinding sel telur.
Dokter langsung menyarankan bayi tabung mengingat usia saya yang tidak muda lagi. Awalnya saya ragu dan kaget, karena tidak pernah menduga usaha kami menjemput buah hati kedua ini sampai harus sepanjang dan serumit ini. Bayi tabung?? Sungguh saya tidak pernah mengira! Selama ini saya hanya denger-denger saja dan sama sekali tidak pernah terlintas bahwa saya akan menjadi salah satu yang harus melalui pengalaman ini. Untungnya suami supportive banget, dan setelah ketemu forum ini kami menjadi tambah yakin bahwa kita tidak akan pernah tahu kalau tidak mencoba. Kemungkinan besar sih ini akan menjadi usaha terakhir kami untuk nambah momongan, karena sebenarnya dulu saya memiliki keinginan untuk tidak hamil di atas 35 tahun.
Bulan ini haid hari ke 3 saya disuruh balik oleh dokter untuk test darah, dll. Kemudian bila lancar, pelaksanaan bayi tabung-nya sendiri di bulan November 2012 di mulai dengan suntikan Gonal F 225 IU. Prosesnya adalah short protocol dengan metode ICSI.
Rasanya tidak sabar untuk ke dokter bulan ini (baru kali ini saya tidak sabar menunggu mens datang hehe). Perasaan nervous pasti ada, belum apa-apa sudah siap-siap untuk yang terburuk. Tapi saya tetap “mempersiapkan” tubuh dengan konsumsi susu, madu, telur, toge dan makanan lain berprotein tinggi dan sehat, olahraga rutin dan lebih memperbanyak doa tentunya. Terima kasih ya temans untuk tulisan-tulisannya. Saya lebih percaya diri karena kalian.. Terutama para ibu yang sudah berusia di atas 35 tahun seperti saya, yang tetap besar semangatnya untuk memiliki anak. Thanks atas support dan spirit-nya. Kita saling mendoakan yaa.. Semoga kita semua salah satu dari yang beruntung.
Hugs,
Dhani
Slmt pagi,mb Dhani yg juga cantik. Kadangkala apa yg kita rencanakan tdk selalu terlaksana sesuai harapan. Sy sudah usia 42 plus, namun bayi tabung saya blum jg berhasil. Awalnya saya juga mengira bahwa sy n suami sehat2 saja, mengingat sy sempat menjadi seorang atlit lari 10 km) n suami hobby ORA badminton, bola kaki, n tennis meja. Namun ketika usia 41 th, sy baru sadar bhw km hanya bisa punya anak dg cara BT. Sy agak shock, ternyata usia sy termasuk tua utk program BT, selama ini sy mengira sampai usia menopause cukup aman utk BT. Namun stlh sy sering2 browsing di google, sy menemukan tulisan yg inspiratif,yaitu penelitian di Amrik (klu tdk salah), menemukan bhw anak2 yg dilahirkan dan dirawat oleh ibu yg tua (bahkan di atas 40 th) memiliki kesehatan dan kualitas kecerdasan yg baik, hal ini dikarenakan al : 1) Ibu sdh berpengalaman krn usia,n emosi lebih stabil, 2) lebih mapan scr ekonomis, 3) pendidikan umumnya lebih tinggi. Jd, mb Dhani, klu emang nasib kita punya baby di atas 35 th, ya,mau apalagi, kt syukuri sj lah. Yg penting, sbg manusia kita hanya berusaha, Tuhan yg menentukan. Klu kita di kasih baby, mk akan kt rawat kehamilan kt n baby yg kt lahirkan dg extra hati2 (maklum, anak mahal)…. Smg kt termasuk yg beruntung, amien….
Mbak Dhani yg cantik,
kenalkan saya rini, sy hanya bisa berdoa semoga semua rencana yang sudah dipersiapkan dengan matang dapat terlaksana dengan baik dan berhasil mempunyai anak lagi. Tetap semangat dan optimis serta gak boleh stress dan tetap berdoa kepada Tuhan agar mendapatkan momongan lagi. amien….
Hi mba nelwati dan mba rini,
Met kenal yaa.. Trm kasih untuk saran dan support-nya. Bener2 seneng bisa berbagi cerita di sini. Iya sy lbh pasrah dan tawakal aja skrng. Smg doa2 mba dikabulkan juga yaa.. Amien 🙂
Mbak Dhani dan temen-temen. Kenalkan saya Ifah. Hari ini saya mulai menjalani program BT di permata hati rs sarjito jogja. Saya mohon do’a semoga harapan saya untuk mendapatkan momongan dengan BT ini berhasil. Maklum saya sudang menunggu cukup lama. Sebelumnya terima kasih untuk semuanya.
Halo mbak ifah, smg lancar ya proses-nya.. Kuatkan hati dan sabar.. Smg doanya dikabulkan. Bagi2 cerita ya nanti pengalamannya.
Dear Mbak Dhani dan Mbak Ifah dan teman-teman semua..
salam kenal ya… semoga proses bayi tabung Anda berdua lancar…
Saya juga pasien IVF dengan riwayat medis panjang untuk diceritakan semua di sini. Tapi semua saya tulis di blog saya http://himaalvie.wordpress.com
IVF yang pertama gagal, (Maret 2012) terhenti pada tahap penyatuan sel telur dan sperma (dgn metode ICSI), sehari setelah OPU saya dapat kabar sedih, karena tidak ada aktivasi antara sel sperma dan sel telur (failed). sediiihhh pisan saat itu…
waktu haid datang, astaga sakitnya minta ampun, banjir pula nggak kira-kira.. kata dokter saya, hal ini wajar karena dinding rahim saya menebal karena memang dirancang utk menerima kehamilan.
saya diminta utk cooling down dulu, menetralkan tubuh dari pengaruh obat setidaknya selama 2kali siklus haid (tidak diberi obat sama sekali) utk kemudian bisa mengulang lagi dari awal.
tapi karena harus ngumpulin dana dan menunggu suami treatment pada androlog, kami tidak bisa segera ikut program lagi.
untuk teman-teman yang tengah berjuang… tetap semangat yaa…
hima
Dear Mba Hima, sy turut sedih ttg IVF pertamanya. Mngkn cliche ya tp cara satu2nya adlh blng “mungkin mmg Tuhan blm mengizinkan”. Itu akhrnya yg selalu sy coba ingat2 ketika program2 baby alami maupun insem selalu gagal. Krn sdh bingung mau “nyalahin” apa lagi. Maaf, usia Mba Hima apakah sdh di atas 35thn? Kalau belum, try to relax aja krn ktnya smkn dipikirin smkn susah jadi hehee terbukti dgn sy yg selalu mikirin kpn hamil secara umur jln trs. Smp saat ini sy jg msh proses utk relax, susah bgt mmg mengingat mission bayi tabung ini a huge deal ya, jd bs ngertiin bgt gimana sedihnya Mba kmrn. Thank u sdh sharing blog-nya jg.. Yg sabar ya.. Yg pasti Mba Hima tdk sendiri *hugs*
Salam kenal,sy Fia umur 37th bulan sept saya mengikuti program bayi tabung dgn dr budi wiweko di klinik yasmin dan alhamdulillah skarang sdh positif hamil. Sbelumnya sy sdh mempunyai anak 2 : perempuan berumur 8th & laki2 (almarhum) berumur 1hr 3 th yg lalu. 5th yg lalu pernah mencona inseminasi hasilnya gagal. Dokter tdk menemukan masalah dgn sy & suami, krn mempertimbangkan umur kami mengambil program bayi tabung walaupun oleh dr budi disarankan utk program inseminasi lg. Bagi yg msh dlm proses tetap semangat yah, tuhan pasti memberikan yg terbaik utk kt dgn caraNya…