Saya berobat ke salah satu dokter di Jakarta, sudah beberapa tahun yang lalu dan tidak akan lupa dengan pengalaman ini. Seperti biasa setelah diberi resep saya beli obatnya di apotik terdekat.
Pada malam harinya sebelum minum obat itu, suami memperhatikan dan curiga dengan namanya yang agak aneh… berkesan ‘macho’. Memang suami saya sering memperhatikan khasiat dan kegunaan obat-obatan. Saya tidak jadi minum obat ini sebelum tahu jelas kegunaanya untuk apa, suami cek nama obat itu di Internet … dan ternyata benar obat itu adalah obat hormon … tapi untuk pria!
Langsung saja suami ke apotik tempat saya membeli obat minta penjelasan mengenai hal ini. Sang penjaga apotik dengan agak gugup mengecek obat tersebut dengan resep yang diberikan oleh dokter. Tulisan di resep memang jelek sekali, sukar dibaca … tapi bisa dilihat namanya sama. Ini berarti dokternya yang salah kasih obat.
Sang penjaga apotik akhirnya menelpon ke dokter, yang kebetulan tempat prakteknya di gedung yang sama. Akhirnya si dokter mengaku bukan obat itu yang seharusnya diberikan ke saya. Setelah menunggu beberapa lama akhirnya si penjaga apotik memberikan obat yang benar ke suami saya sambil meminta maaf. Untung saja si dokter orangnya baik dan ramah terhadap pasien jadi kami tidak permasalahkan hal ini…
Dari pengalaman ini, kami selalu cek kegunaan obat sebelum meminumnya. Coba bayangkan bagaimana kalau saya tidak cek, langsung minum obat itu … bisa-bisa saya punya kumis.
Sudah berapa kali Anda mendengar kasus mal praktek dokter yang obat tidak sesuai dengan seharusnya, baik jenisnya maupun dosisnya. Jangan sampai ini terjadi terhadap kita, kesehatan mahal harganya … priceless.
Saran atau tips supaya kita tidak salah minum obat:
- Tanya ke dokter fungsi dari obatnya pada saat dia menulis resep. Hal ini secara tidak langsung membuat si dokter berpikir/mengecek dua kali.
- Pada saat beli obat, ingat nama obat yang diresepkan dan cek dengan obat yang diberikan oleh apotik.
- Cek fungsi, khasiat dan dosis standar dari obat ini lewat Internet atau buku data obat (buku daftar obat yang bisa di beli di toko buku). Pastikan obatnya sesuai dengan penyakit Anda, dan dosisnya tidak terlalu berbeda banyak dengan yang dianjurkan oleh pabrik obatnya. Tanya ke dokter bila dosisnya berbeda banyak.
- Lihat efek samping obat (di Internet atau buku data obat) … siapa tahu tidak cocok. Suami pernah ganti obat setelah tahu obat rematik yang diberikan dokter ternyata punya efek samping menurunkan kadar sperma… nah lho padahal kita kan ingin sekali punya anaaaaaak.
Semoga pengalaman saya ini dapat berguna buat pembaca untuk mendapatkan pengobatan yang tepat…
Saya sgt stuju bhw kita hrs berhati2 sblm minum obat. Krn sbtlny smua obat adl racun klo tbh kita tdk membthkan atau justru menolaknya. Sy pny pengalaman pahit ttg ini. Ktk dokter meresepkan obat yg ktk sy cek di buku ISO tnyt u/ obat infeksi lambung. Sy tenang aja minumnya ternyata sy mengalami perdrhan yg mnurut sy ckp hebat sampe bdn dingin, lemas, dan darah trus mengucur. Syukurlah ada obat u/ menghentikan meski agak lambat. Sy cm berpikir gmn jadiny klo sy wkt itu sendirian?! Gmn hrs mikir dan bertindak cpt dlm kondisi fisik lemah. Sy tdk menuntut dokter. Krn sy jg salah. Hanya rasa syukuuur banget krn sy msh diselamatkan oleh Tuhan. Tp satu pelajaran u/ saya, hati2 ya teman…
saya setuju mbak,qt harus extra hati2.tubuh kita ini sering dijadikan kelinci percobaan.Kalo ada resiko yg fatal kita juga yg menanggungnya.Saya mau share disini apa yg saya alami.Sekitar Tahun lalu saya mencari second opini di salah satu dr kandungan RS Harapan Kita,setelah sebelumnya saya divonis dr kista endometriosis dan perlengketan bagian kiri di RS hermina dan sdh dilakukan opr Laparatomi.Oleh dr tsb saya di USG dan dibilang tidak ada yg namanya adenomiosis setelah di USG. Ya saya senanng dunk.Saya cuma dikasih obat.3 bulan kemudian saya kembali dan USG ditemukan ada kista indung telur bagian kanan dan harus segera di Operasi.Saya kemudian di OPR/Laparatomi utk membersihkan kista ovarium sblah kanan sekitar bulan Februari 2009.Selesai operasi saya kurang ngerti,darah keluar seperti haid di ‘CD’ saya..keliatanya sich darah segar dan gumpalan2…dan anehnya terus menerus.Saya konsul dr dan dia bilang itu biasa.1 minggu di RS saya kembali pulang ke rumah, dr memberi obat utk memberhentikan pendaahan.Hanya 3 hari berhenti darah keluar lagi dan keluar lagi.Jujur saya sangat ketakutan pada saat itu.akibatnya saya memperkuat fisik saya dgn mengkonsumsi makanan sprt susu, madu,vit dll…alhasil guendutnya minta ampun.Pada bulan april 2009 krn darah masih ngaliiir, saya ngebut dari Bogor ke RS Harkit nyetir mobil sendiri ktm dokter, oleh dr di USG dan dia sendiri bilang kalo darah yg keluar bukan darah haid, tp darah segar dikarenakan hormon saya kacau setelah operasi.saya di kasih obat (saya lupa nama obat) tp menurut suster di apotik itu obat utk memberehentikan pendarahan)Dokter bilang jika setelah 7 hari kedepan tdk ada perubahan, kembali lagi kesini dan akan dilakukan tindakan (saya ga tahu tindakan itu apa)….berhubung darah masih juga keluar, saya kembali lagi..dan saya sangat kecewa…dr kembali hanya melakukan USG (pada saat itu saya lihat dr buru2 kemungkinan ada job utk oprasi atau kunjungan, krn beberapa kali terlihat suster memberi kode ke dr)…kenapa saya kecewa? sebab 7 hari yg lalu dia bilang kalo mau ada tindakan….dan lbh parah lagi dia memberi resep ‘sama persis dengan resep obat minggu lalu’.Ketika saya sdg menebus obat saya kaget..”lho ini kan resep mgu lalu???’Saya sempat berbincang2 dgn apoteker dan dia sempat saranin saya , coba mba tanya ke dr nya lagi…biasanya kl obat ini ga mempan diganti yg lain.Saya lsg menerobos masuk lagi ke dr (kebetulan sdg ada pasien) – krn saya takut dr keburu pergi, sambil menanyakan apa betul obatnya sama?kenapa bisa sama?dan tahu ga apa kata dr : ibu ..kalo ga mau ditebus kembalikan aja resepnya, …….friends, dalam kondisi pendarahan,stress,ga ada tindakan kira2 perasaan semacam apa yg berkecamuk????ingin teriaaaaaak…..rasanya saya diperlakukan kayak bukan pasien, hanya mau trima ongkosnya???? Saya balik, tdk mau tebus obat itu dan saya pulang dgn kecewa banget..sendiri…ga ada teman….hanya menangis di mobil. Kira2 begitulah yang saya alami .Saran saya, tetap hati2 ….beruntung sesudah pulang kerumah …3 hari sesudah kejadian itu pendarahannya berhenti (walau sampai saat ini saya haid bisa panjang dan tdk teratur…) tp saya memutuskan utk tdk kembali ke Dr tsb. Saya pasrah aja,…oh ya sebelum saya dioperasi saya hampir tdk pernah mengalami pendarahan , dan haid saya normal2 aja selain nyeri haid biasa.saya juga bingung…..kok bisa selesai operasi, seenaknya ngomong hormon kacau????Tapi sudahlah, apa daya saya ini hanya org kecil, mau tuntut ga mungkin.Saya hanya bisa pasrah kepada Tuhan sambil tetap berusaha. Friends…sekalipun dokter ahli ternyata…dokter juga manusia….so that,tetap berjaga dan ..BERSIKAP KRITIS utk hal yg satu ini!!Maju trus
saya pernah mengalami seperti mbak henny…terkadang dokter tidak mau disalahkan.saya waktu itu berobat ke dokter kandungan mau program hamil.trus dikasi resep obat sama dokternya.setelah minum obat itu,haid sy tidak teratur(sebelumnya teratur),timbul bercak2 merah dikulit,sewaktu sy konfirm ke dokternya,dokternya mengelak dengan mengatakan sy demam berdarah,padahal jelas2 sy sehat tidak demam berdarah.akhirnya dia nyuntik sy yg sy ga tau apa yg disuntiknya,sy tanya perawatnya,cm dibilang spy hilang bercaknya n disuruh tebus obat.ternyata setelah minum obat,bercaknya tidak hilang.karena khawatir jika minum obat lagi akan timbul penyakit baru lg,sy biarkan saja.Alhamdulillah bercaknyaa skr hilang tapi haid sy semakin tdk teratur n selalu timbul jerawat besar2 di derah leher,padahal sebelum minum obat yang diberikan dokter itu tidak pernah ada jerawat besar seperti itu.Tuk teman2 yang lain,hati2 ya jika minum obat….
saya ingin share pengalaman yg baru kemarin saya alami, ketika konsultasi ke salah satu dokter kandungan di sebuah RS di jakarta. Dokternya baik, ramah dan mau menjawab pertanyaan2 kami seputar kesuburan. Kemudian saya di USG vaginal, terlihat sel telur kurang berkembang. Lalu dokter memberi rekomendasi untuk cek hormon dan TORCH serta resep obat untuk saya dan suami karena sperma suami kurang. ketika menebus resep saya kaget kenapa saya diberi antibiotik Vib**mycin padahal dokter tidak melakukan pemeriksaan apapun yg mengarah pada infeksi. Lalu saya menanyakan kepada dokter, dg santai dok menjawab kalau gak minum ya gak apa2. Itu kan untuk clamydia, kalau mau ya tes DNA aja. Ketika saya tanyakan ke lab, untuk pemeriksaan clamydia tidak perlu sampai tes DNA.
Akhirnya antibiotik tersebut tidak saya minum karena jawaban dok sungguh membuat saya kehilangan kepercayaan terhadap beliau. Setelah itu kami bertekad tidak akan kembali ke dokter itu lagi.
Hendaknya kita berhati-hati ketika berobat dan jadilah pasien yang kritis.
hallo…
Saya eny, trims ketemu dengan web yg bisa sharing seputar masalah kandungan dan kehamilan. Saya juga ingin sharing dan smoga mendapat masukan yang baik buat saya. Saya baru saja mengalami kematian janin dalam kandungan pada umur kehamilan 7 bulan, begitu dilahirkan terlihat infeksi tali plasenta sehingga janin tidak menerima makanan. Hari selasa saya usg janin baik2 saja detak jantung masih kuat, kamis dimnggu yg sama saya merasakan janin tidak bergerak seharian dan saya curiga akhirnya jumat kami kedokter untuk kepastiannya ternyata bayi kami sudah meninggal dan dokterpun memberikan obat induksi utk diminum supaya janin dilahirkan normal, sabtu pagi janin lahir…saya sangat sedih dan menyayangkan. padahal di USG selama pemeriksaan setiap bulan dokter bilang posisi bayi, plasenta baik, memang berat bayi pertumbuhannya lambat di usia 7 bulan 1300 gram, saya pernah tidak mengalami kenaikan berat badan samasekali. Kenapa ya..kalo plasenta infeksi tdk bs terlihat dengan USG biasa? apa harus USG 3D atau 4D? sehingga bs dipantau. sayapun sudah tes lab virus dengan hasil IgG (+), IgM (-) dan akan menjalani perawatan rutin sampai saya bs dinyatakan aman untuk kembali hamil. Sebelumnya saya 2009 pernah keguguran diusia 6 minggu karena janin tidak berkembang dan tidak ditindaklanjuti yg akhirnya berakibat keguguran berulang yg baru saja saya alami. Terlepas dari semua itu saya berdoa sambil berusaha kembali…doakan saya ya
Tyaz, henny, zyan, ratna, eni, kenapa gak di sebut nama dokternya?? takut seperti pryta ya??? karena supaya kita tau dokternya siapa, supaya lebih waspada dan dokternya juga gak sembarangan lagi sama pasien nya… untuk eni ada terapi herbal untuk TORCH di bogor.. banyak yang berhasil kehamilannya setelah mengkonsumsi herbal tersebut. Sy juga minum herbalnya dan efektif. kalau menurut doker Igg (+) gak apa2 kalau menurut pak juanda itu Igg & Igm harus (-) baru kehamilan bisa berlangsung dengan baik. Semoga bermanfaat…