Kami ingin membagikan pengalaman kami selama proses bayi tabung, sebagai sumbangsi atas web site ini yang telah banyak memberikan pengetahuan dan inspirasi kepada kami.
Saya berumur 31 thn dan istri 28 thn, kami menikah bulan februari 2006. Memang pertama2 kami belum berminat punya anak, karena baru habis menikah dan masih ada KPR, Kemudian sekitar tahun 2009, kami mulai berusaha tapi tidak ada hasil.
Kami konsultasi ke Mahkota Medical Centre, Malaka dengan dokter Selva, karena saran dari banyak teman katanya ,dokter tersebut terkenal. Tanggal 24 September 2009 kami mulai konsultasi, Saya cek sperma dan istri usg dan papsmear. Dan Hasilnya sperma saya sangat, sangat, sangat sedikit, hanya 2,75 juta/ml, dibawah batas normal. Dan istri megalami keputihan. Kata dokter dokter, “tidak ada masalah serius, cuma belum tau masalahnya di mana, karena kalo tidak ada masalah kenapa kamu tidak bisa hamil”. Lalu kami hanya dikasih obat minum, untuk istri dan suami (ambil obat untuk 3 bulan kedepan) bentuk obatnya seperti kapsul minyak ikan. Kami pulang ke Indonesia, dengan harapan bisa hamil normal. Ternyata sampai obatnya habis pun tidak ada hasil.
Saran dari Abang Kandung saya, bahwa kalo pasuri yg baru menikah di atas 2 tahun, belum hamil, berarti ada masalah. Jadi sarannya kita jangan asal konsultasi dokter lagi, karena pengalamanya dia sudah konsultasi ke 20 dokter lebih. (abang saya udah punya anak 3, cewek semua dan lahir normal). Lebih baik kita masuk ke tahap berikutnya. Maksudnya kalo mau punya anak ada 2 cara yang bisa di tempuh dengan pertimbang biaya :
- Konsultasi biasa dengan dokter
- Inseminasi
- Bayi Tabung
Cara pertama paling byk orang jalani karena biaya yang lebih murah bisa dengan dokter kandungan mana saja. Tapi Abang saya menyarankan cara kedua (inseminasi) ato cara ke tiga (bayi tabung). Untuk apa lagi kita buang2 waktu dan uang untuk cara pertama, kalo kita belum mengenal kesehatan diri kita masing2.
Setelah kami suami istri berunding, kami putuskan cara inseminasi dulu. Kami tinggal di pekanbaru – Riau dan mulai cari informasi di klinik dan rumah sakit di sekitar kota, Ternyata di Pekanbaru cuma ada 1 rumah sakit yg menangani inseminasi yaitu rumah sakit awal bros – Pekanbaru. Lalu kami mencari lagi informasi keberhasilan inseminasi di rumah sakit tersebut, ternyata informasi nya sangat kurang dan walaupun ada infonya , hasilnya byk gagal. Akhirnya kami berpikir cari dokter di luarkota. Atas saran dari abang saya, di sarankan ke Medan dengan dokter Binarwan Halim, klinik tersebut melayani konsultasi anak, inseminasi dan bayi tabung. Jadi lengkap, tinggal kita pilih mau yang mana.
Tanggal 11 mei 2010, kami berangkat ke medan, lalu cek in di hotel. Kemudian istirahat. Sore jam 4 kami mendaftar. Ternyata antrian nya sangat panjang dan ramai pasien. Kami mengantri sampai jam 7 baru dipanggil. Hari itu kami ingin menjalani program inseminasi. Lalu di jelaskan prosedurnya oleh susternya dulu program inseminasi. Saya cek sperma dan istri USG dan Papsmear. Hasilnya sperma saya cuma 4 juta/ml sedangkan istri masih tetap ada keputihannya. Kata dokter ke istri saya “Gimana bisa hamil, sperma suami lu cuma 4 juta/ml, padahal untuk hamil normal sperma harus 20 juta/ml keatas. Dokter suruh istri hari haid ke 2 baru datang cek lagi. Susternya menyuruh agar di lakukan pengobatan keputihan dulu, sebelum masuk program inseminasi. Lalu kami dikasih obat utk suami dan istri. Besoknya pulang pekanbaru.
Tanggal 17 Mei 2010, istri berangkat ke medan ditemani mamanya, Lalu disuruh cek darah (LH / FSH/ Prolactin) di laboratorium Thamrin, hasilnya di kirim ke klinik lansung sorenya. Ternyata hormon Prolactin istri saya terlalu tinggi, sehingga mengakibatkan perubahan hormon (biasanya istri saya siklus haidnya lancar, cuma bulan kemarin yang sempat telat hampir 1 bulan) karena hormon prolactin ini tinggi jadi siklus haidnya telat. Kemudian kami di kasih obat untuk istri.
Untuk mengobati keputihan, harus tunggu haid bersih dulu baru bisa, dan kami putuskan pengobatan keputihan di pekanbaru saya, karena butuh lebih kurang 1 minggu utk pengobatan. Kami pikir2 rupanya biaya akomodasi dan tiket bisa lebih mahal dari biaya konsultasi dan program. Kami jadi pikir kembali lagi, karena inseminasi ini keberhasilannya cuma 10 – 20 %. Kami putuskan lagi, pilih program inseminasi dulu di pekanbaru, kalo gagal baru ke Medan pilih program bayi tabung (keberhasilan diatas 30 %). Karena baik program inseminasi ato bayi tabung, biaya akomodasi yang kami keluarkan tetap sama, Cuma beda di biaya programnya. Bagi kami yang terpenting adalah keberhasilan bukan harus murah, tapi tidak berhasil buat apa.
Di pekanbaru, kami konsultasi dengan dokter Imelda, dokter yang menangani program inseminasi dirumah sakit awal bros, Kami jelaskan riwayat hidup kesehatannya kami dan ingin masuk program inseminasi. Menurut dokter dari riwayat kesehatan istri saya tidak ada masalah serius, cuma keputihan saja, Dan suami, tunggu habiskan obat dari dokter binarwan halim dulu , baru cek sperma lagi. Lalu istri menjalani pengobatan keputihan selama 1 minggu sedangkan saya tetap konsumsi obat dari dokter sebelumnya selama 1 bulan. Setelah obat habis, saya mulai cek sperma, dan hasilnya 4,6 juta/ml, cuma naik sedikit, Memang sehari sebelum cek sperma, saya udah banyak stress karena takut hasil sperma tidak bagus, ternyata stress sangat berpengaruh besar terhadap hasil sperma. Kami mulai kembali konsultasi ke dokter imelda dan bawa hasil spermanya, kata dokter “untuk masuk program inseminasi, jumlah sperma harus diatas 10 juta/ml, kalo di bawah itu lebih baik bayi tabung saja. Tapi kalo mao mencoba ya, silahkan aja.
Kami jadi bingung dan sedih, terutama saya, karena masalah ada di saya sendiri. Kami berunding lagi. Kami putuskan lagi, pilih cara terakhri yaitu bayi tabung.
Hari Ke2 mens, istri saya berangkat ke medan, kali ini sendir saja. Konsultasi kedokter, istri saya menyampaikan tidak jadi inseminasi, ganti bayi tabung saja. Kata dokter “hari ke 5 mens baru datang cek lagi”, di berikan surat jalan untuk melakukan HSG di Eka Hospital Pekanbaru. Dan ambil obat utk suami lagi. Besoknya pulang lagi.
Tgl 25 Mei 2010, saya mulai HSG dan lihat hasilnya ternyata bagus, cuma rahim istri saya agak ke belakang, itu bawaan lahir dan tidak apa2 kata dokternya.
Bulan juli 2010, istri datang lagi ke medan, bawa laporan HSG dan sperma saya ( jumlah sperma 7,5 juta/ml, ada peningkatan ) sesudah obatnya habis. Istri saya di cek sel telur dan tebal dinding rahim. Ternyata istri saya sudah bisa masuk program lansung long protokol (Program bayi tabung ada 3 macam; short protokol, long protokol dan ultra long protokol, kalo mau masuk program bayi tabung akan dijelaskan sebelumnya oleh suster dan yang menentukan protokolnya adalah dokter).
Hari itu juga istri saya mulai suntik suprefact selama 21 hari. Suntikan nya di bawa pulang. 2 hari sesudah obat habis, istri ke medan lagi.
Tanggal 9 agustus 2010, dan cek darah (LH dan Estradiol). Dan istri saya sudah mulai menetap di medan, sewa kost, karena hotel terlalu lama, perkiraan di medan sampai habis ET sekitar 1 – 2 bulan lamanya.
Tanggal 21 Agustus 2010, saya dan mertua (mamanya) berangkat ke medan. Saya untuk menyimpan sperma, hal ini untuk mencegah jika pada saat OPU hasil sperma saya jelek, maka bisa dipakai yang di freezing, atau sebaliknya. Jadi memberikan saya 2 kali kesempatan, Karena kata dokter ” apa yang ada, itu yang kita kerjakan”.
Tgl 24 Agustus 2010, cek darah lagi ( Estradiol ) dan sedang menjalani suntik puregon. Setelah melihat hasil laporan, kata dokter hari kamis, tgl 26 agustus sudah bisa di lakukan OP dan jam 10 malam di suntik pemecah sel telur. Tanggal 26 agustus dilakukan OPU jam 10 pagi. Ternyata telur yang berhasil di ambil ada 18 butir, sehingga takut istri saya mengalami OHSS, dokter lalu memberi obat infus albumin, sampai Jam 2, kami baru pulang ke tempat kost.
Tanggal 27 agustus, stop semua kegiatan ivf dan mulai makan enak, karena selama masuk program, banyak pantangan makan untuk istri saya heheheh…
Hari ke 2 setelah OPU, tgl 28 Agustus, cek darah lagi (estradiol dan progestron). Kami menunggu di rumah, tinggal kapan di hubungi untuk Embrio Transfer (ET), Ternyata malam jam 9 di suruh datang. Sampai sana, istri saya di suruh tahan sesak pipis dulu. Jam 10 baru di lakukan ET, saya dan mamanya menemani pada saat ET. Istri saya tidak di bius, dan bilang tidak ada rasa apa2 . biasa saja. Tidak seperti waktu OPU, rasanya sakit padahal udah dibius 75 %. Setelah istirahat 1 jam. kami diperbolehkan pulang. Dan wajib Bedrest di rumah, minial 5 hari. Hari ke 8, cek darah lagi. kami rencana hari ke 9 mau pulang dan ternyata disetujui oleh dokter, tapi hari hari ke 19 harus datang lagi untuk cek kehamilan.
Semoga kami berhasil ….amin
Sampai sini dulu, udah agak pegel tangan mengetik, oh ya mengenai biayanya nanti ada waktu wa jelaskan lebih rinci lagi, kalo saya menghabiskan lebih kurang 70 juta, itu sudah termasuk pertama konsultasi dokter di medan dan pekanbaru dan sampai ET, termasuk akomodasi dan tiket pesawat. Kalo untuk paket bayi tabungnya 38 juta, dibayar pada saat mulai masuk program (suntikan pertama suprafact) Jadi sesuai dengan perkiraan kami biaya akomodasi hampir sama dengan biaya bayi tabung itu sendiri. Gimana lagi, karena di pekanbaru belum ada layananan program bayi tabung.
Kata Dokter kalo umur istri di bawa 35 tahun, keberhasilan bisa diatas 50 %, Jadi saran saya kepada teman2 kalo mau menjalani bayi tabung usahakan secepat mungkin, jangan di tunda2 lagi, (kalo ada uang tentunya), karena uang kita masih bisa cari lagi, tapi kalo waktu sudah lewat, tidak dapat di beli dengan uang. Kalo nunggu sampai umur 45 tahun baru mau program bayi tabung, itu sudah terlambat dan tidak bisa berbuat apa2 lagi walaupun punya uang. Jadi saran saya, ada harta apa yang bisa di jual, di jual dulu nanti ada uang bisa beli lagi tapi kalo rumah tempat tinggal jangan, nanti mau tinggal di mana pula, he2…ok…sampai disini dulu…..tetap semangat… dan jangan menyerah, manusia harus berusaha dan Tuhan lah yang menentukan. Banyak-banyak berbuat berdoa dan berbuat kebaikan…