Saya menikah akhir 2007, tahun 2008 saya mulai program baby karena belum hamil setelah menikah 1 tahun. Diagnosa dokter kandungan menyatakan bahwa telur saya kecil-kecil (PCO), dimana saya diresepkan metformin yang harus diminum setiap hari untuk membesarkan telur. Kemudian saya program dengan obat-obatan untuk inseminasi natural. Setelah mencoba dan tidak berhasil hamil, maka saya mencoba inseminasi buatan 2x yang semuanya gagal. Hasil tes sperma suami saya adalah asthenoteratozoopermia, dan ada varikokel. Sementara dari HSG test, diketahui tuba kanan saya tersumbat.
Karena ada problem di suami juga, maka saya memutuskan ke dr Aucky di Siloam Hospital karena beliau androlog. Dari hasil pemeriksaan saya disarankan untuk inseminasi yang ketiga, dimana saya diresepkan suntik gonal 3 hari sambil dicek perkembangan sel telur saya. Ternyata ada 5 sel telur yang besar, sehingga saya ditawari untuk bayi tabung karena jika dilakukan inseminasi ada resiko ke 5 telur tersebut terbuahi semua sehingga menjadi embryo dimana kehamilan kembar 5 sangat beresiko. Akhirnya saya menjalani program bayi tabung (short protocol) dimana dari 5 sel telur ada 3 embryo yang bagus dan ditanam.
Dua minggu kemudian, tepat hari pengumuman – saya menstruasi. bayi tabung pertama di tahun 2010 tersebut gagal. Dengan sedih saya asumsikan kegagalan tersebut karena saya tidak bedrest setelah embryo transfer, namun dari dr Aucky sendiri menyatakan bahwa semuanya baik tetapi untuk proses menempelnya embryo ke rahim adalah suatu hal yang masih diluar kuasa manusia.
Setelah kegagalan tersebut akhirnya saya rutin browsing di website ini, dan menemukan dr Ng Peng Wah di Lam Wah Ee Hospital Penang. Pebruari tahun 2011 saya konsultasi ke dr Ng di Penang, dan beliau menyarankan saya untuk melakukan laparoskopi. Di bulan Oktober akhirnya saya menjalankan laparoskopi dimana dinyatakan bahwa tuba kanan saya tersumbat, sementara tuba kiri saya separuh tersumbat. Dimana sudah dilakukan hidrotubasi, tetapi air tidak bisa tembus saluran tuba kiri tersebut. Dengan kata lain, harapan saya untuk memiliki anak adalah dengan bayi tabung dan kecil untuk normal. Sempat shock mendengar hasil laparoskopi tersebut, untunglah saya berkonsultasi dengan Ms. Low Bin Kee dimana beliau menjelaskan prosedur bayi tabung dengan jelas, telaten dan cukup membesarkan hati saya. Menurut saya ini keunggulan bayi tabung di Lam Wah Ee, jadi di awal lebih punya bayangan akan prosedur bayi tabung. Biaya bayi tabung di Penang dan Surabaya saya hitung-hitung hampir sama (saat itu ringgit masih 3ribu), tetapi saya perlu biaya ekstra untuk tiket pesawat dan kos di Penang.
Karena saya bekerja, maka saya ijin cuti sekalian 1 bulan pada Pebruari 2012 dan menjalani bayi tabung long protocol di Lam Wah Ee. Sebenarnya kunjungan ke dokter untuk suntik gonal dan USG untuk cek ukuran telur adalah 3-5 hari sekali, tetapi karena sulit dan akan lebih mahal jika saya PP Sby-Penang dimana tidak tiap hari juga ada flight maka saya stay di rumah petak dekat Lam Wah Ee. Saya kira dengan stay di Penang akan lebih focus menjalani program bayi tabung, saya ditemani kakak yang berobat juga di Penang. Dimana suasana kota Penang sangat tenang, transportasi kemana-mana dengan menggunakan bus mudah, dan dari kos ke pasar juga dekat.
Akhirnya dari OPU, bedanya OPU di Lam Wah Ee dilakukan dalam keadaan bius total jadi tidak terasa sakit sama sekali didapatkan 15 telur. Dari 15 telur diseleksi, tinggal 6 yang bagus dan jadi 4 embryo yang semuanya moderate tidak ada yang good. Malam hari setelah OPU saya sempat mengalami sesak napas dimana dada saya sakit sekali, sehingga jam 11 malam saya harus ke UGD. Kemungkinan sakit dada saya ini akibat PCO, dimana rongga tempat sel telur saya yang diambil saat OPU terisi cairan. Hal ini membuat saya tidak mantap sebenarnya meneruskan program bayi tabung, tetapi dr Ng tidak bilang apa-apa.
Akhirnya hari ke 4 setelah OPU dilakukan ET, dan dimasukkan 4 embryo. Saat itu ekspresi dr Ng agak suram, sehingga saya tanya kenapa – beliau bilang kalau telur saya kurang bagus. Perasaan saya campur aduk, namun saya mencoba menenangkan diri. Saya bedrest selama seminggu, dimana banyak menghabiskan waktu diatas ranjang dan hanya turun untuk ke kamar mandi. Setelah seminggu saya pulang ke Indonesia, dan seminggu kemudian saat pengumuman ternyata saya menstruasi lagi.
Kegagalan kedua ini sangat membuat saya stress, karena saya merasa telah berusaha lebih baik dari program pertama. Saya cukup terpukul, dan banyak menangis bahkan suami saya pun tak bisa berkata-kata dan ikut menangis. Apalagi mengingat di rumah petak yang saya tinggali selama di Penang, ada 4 kamar yang semuanya ikut program. Ketiga housemate saya itu berhasil hamil dengan kembar 3, kembar 2 dan satu kehamilan tunggal. Saya sendiri adalah yang gagal. Cukup sedih karena saya tidak bisa ikut bergembira bersama mereka. Salah satu penguat saya adalah saat browsing dan membaca ternyata banyak juga yang berhasil setelah 1-2 kali gagal bayi tabung, bahkan ada juga yang baru berhasil setelah 6 kali. Saya sempat korespondensi dengan yang berhasil hamil setelah 6x bayi tabung, dan disarankan untuk ke konsultasi dengan dokter di Singapore.
Kegagalan kedua ini terasa lebih berat dari bayi tabung pertama, dan saya butuh waktu lebih lama untuk recovery termasuk saya sempat konsultasi dengan psikater dimana beliau memberikan masukan yang cukup berharga. Dimana menurut beliau kondisi kejiwaan (tidak boleh stress saat program bayi tabung) itu sangat penting, karena saat kita khawatir dan cemas berlebihan maka tubuh kita akan memproduksi hormone pertahanan diri yang memiliki efek samping antara lain “melawan” semua benda asing dimana embryo juga dianggap benda asing sehingga tidak bisa menempel di rahim. Penjelasan ilmiah mengenai stress ini sangat membuka pikiran saya, walaupun memang tidak mudah untuk mengatur agar tidak merasa stess, merasa takut, cemas maupun kecewa. Saya sempat down dan hampir menyerah untuk program baby, ketika saya email dokter di Singapore menceritakan masalah saya dan diberi informasi bahwa saya kemungkinan kena hydrosalphinx yang meracuni sehingga embryo tidak bisa menempel. Solusinya adalah dipotong saluran tubanya, tetapi dengan dipotong saluran tubanya berarti tidak ada kemungkinan sama sekali saya hamil normal.
Januari 2013, akhirnya saya mengikuti saran teman saya yang berobat ke NUH Singapore. Disana saya bertemu dengan dr Ng Ying Woo yang ahli robotic surgery, dimana saya menanyakan apa benar ada hydrosalphinx dan apakah tuba saya perlu dipotong. Selain itu saya juga konsultasi dengan dr PC Wong yang merupakan kepala departemen fertility center. Beda lagi dengan di Penang, di Singapore pemeriksaan lebih detil dan untuk program bayi tabung disediakan pendampingan psikolog. Bahkan saat saya kesana, ada seminar gratis untuk program bayi tabung yang menjelaskan secara lebih detil lagi dan peserta dipersilakan bertanya apapun. Dari hasil tes masih sama, saya ada PCO dan sperma suami saya asthenoteratoozoopermia untuk tuba falopii tidak diketahui adanya infeksi/hydrosalphinx sehingga dr Ng tidak menyarankan untuk pemotongan tuba. Menurut beliau lebih baik saya langsung program bayi tabung saja. Selain itu dr Ng menyarankan saya untuk : BE HAPPY! Istirahat dari berbagai upaya saya untuk mendapatkan bayi (sejak 2008). Mengingat biaya program bayi tabung di Singapore 12ribu dollar. Saya benar-benar tidak mau memikirkan program bayi tabung, saya putuskan untuk istirahat dulu. Sambil menimbang kemungkinan saya mencoba bayi tabung di Singapore atau kembali lagi mencoba dengan dr Aucky.
Selain ke dokter upaya saya adalah minum obat tradisional, pijat, hypnotherapy, dan saya rutin akupuntur selama kurang lebih 2 tahun termasuk saat saya menjalani program bayi tabung di Penang. Tahun 2013 itu saya putuskan untuk berhentikan semuanya, dan kebetulan tahun itu saya punya banyak agenda bepergian karena dapat tiket pesawat murah. Bulan Pebruari saya dengar teman saya yang sudah 2 tahun menikah dan belum punya anak, berhasil hamil karena minum obat sinshe. Sebenarnya saya sudah pernah ke sinshe tersebut dan minum obatnya di tahun 2008, tapi tidak ada hasilnya. Iseng saya kembali ke sana dan dikasi pil minum yang sekali minum 16 biji, dulunya ternyata saya salah dosis saya minum hanya 4 biji. Setelah resep habis saya tidak kembali kesana lagi. Bulan Mei saat rekreasi ke Macau saya sempat flek kecoklatan yang saya kira mens selama 3 hari, karena dalam kondisi liburan saya tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Sebelumnya saya juga pernah minum obat herbal/tradisional tersebut dan tidak mens selama 2 bulan. Sepulang berlibur dari Macau, saya sempat bulutangkis 2x. Pada minggu ketiga karena harus keluar kota, saya iseng aja beli test pack dan hampir tak percaya ketika hasilnya positif. Saya beli test pack lagi merek lain, hasilnya tetap sama. Akhirnya saya ke dokter dan dinyatakan hamil 7 minggu, bahkan detak jantungnya sudah terdengar. Saya dan suami sampai tidak percaya, dan besoknya saya periksa lagi ke dokter kandungan lain. Benar! Saya dinyatakan hamil 7 minggu. Benar-benar mujizat Tuhan saya rasa, karena disaat saya menyerah dan berserah (setelah mencoba semua cara) ternyata saya dinyatakan hamil. Saat tahu hamil saya sempat khawatir takut terjadi apa-apa, tapi saya pegang saran dr Ng Ying Woo – be happy (don’t worry). Jadinya saya upayakan hati selalu senang, dan tidak mengkhawatirkan segala sesuatu.
Selama hamil 9 bulan, saya hanya 2 kali muntah itupun karena maag. Kehamilan saya jalani dengan senang, saya bahkan sempat beberapa kali jalan-jalan keluar negeri. Untuk makan saya juga makan biasa, tidak menjaga secara khusus atau bagaimana – hanya menghindari yang sewajarnya saja. Akhirnya bulan Pebruari lalu saya melahirkan bayi laki-laki yang sehat, dengan berat 3,8kg dan panjang 50cm. Sharing saya ini untuk semua pasangan yang sedang berupaya memperoleh momongan, tetap semangat ya – terkadang hal yang paling mustahil pun mungkin terjadi. Saran saya sebaiknya jika sudah berusaha beberapa waktu secara normal, dengan obat-obatan, belum berhasil sebaiknya lakukan pemeriksaan menyeluruh. Kemudian bisa mencoba inseminasi, dan jika belum berhasil – Anda memiliki tabungan bisa mencoba bayi tabung. Jangan menunda, karena semakin tua usia maka obat-obatan yang dibutuhkan semakin banyak (makin mahal). Jika Anda mencoba semua dan belum berhasil, Anda juga harus belajar pasrah dan ikhlas. Terkadang disaat kita pasrah dan berserah, Tuhan turun tangan.